Powered By Blogger

Friday, May 11, 2012

SIKAP LABIL POLITIK JANGAN TERJADI DI BIREUEN

MENJELANG Pemilukada Aceh yang tinggal satu minggu lagi,Saya melihat Komunikasi Politik antar elit Aceh masih labil. Ini terbukti dari banyaknya pelanggaran-pelanggaran atau insiden-insiden yang terjadi di berbagai daerah di Aceh. Misalnya pembakaran mobil, pemukulan dan bahkan pelemparan dan pengeroyokan tim sukses calon kepala daerah. Hal ini terjadi karena interaksi sistem politik antar elit tidak berjalan dengan baik, sehingga memuncukan kecurigaan antar kubu calon kepala daerah.
Pasca Pemilukada, saya menilai bahwa perlu ditentukan strategi-strategi yang akan digunakan untuk mengawal janji-janji politik kandidat terpilih untuk mewujudkan apa yang telah ia sampaikan pada saat kampanye. Jangan sampai hal-hal yang telah di janjikan oleh kandidat terpilih pada saat kampanye menjadi pembohongan publik, kita tidak ingin fakta yang terjadi dilapangan nantinya berbeda dengan hal yang dijanjikan.

Untuk itu,  pada Senin 2 April 2012, PEMA Unsyiah mengadakan Seminar Kebangsaan Komunikasi Politik dengan mengangkat tema “komunikasi Politik, Manis di Bibir Lain di Hati” dengan menghadirkan DR. Ahmad Farhan Hamid (Wakil Ketua MPR RI), Fajran Zain (Pengamat Politik Aceh), dan Basri Efendi, SH (Toko Pemuda Aceh). Dan saya mengutip sedikit berita tentang topik itu.

Menurut Basri Effendi selaku pemateri dari unsur pemuda, hal yang perlu dilakukan masyarakat Aceh terutama pemuda dalam mengawal janji-janji politik kandidat pasca tahapan kampanye adalah membuat kontrak politik kepada tiap kandidat terkait janji-janji yang telah ia sampaikan pada saat kampanye. Selain itu ia juga menyampaikan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam mengawal janji-janji politik tersebut.
Ia berharap mahasiswa akan mendokumentasikan retorika-retorika para kandidat dalam menjual dirinya, sehingga nanti kemudian apa-apa yang telah disampaikan tersebut akan diberikan kepada kandidat yang terpilih.

Pengamat politik Aceh, Fajran Zain menyampaikan bahwa kondisi komunikasi politik Aceh saat ini sangat bias. Hal itu terbukti dengan melihat kenyataan bahwa para pemain politik saat menyampaikan komunikasi politiknya dengan saling menjatuhkan dan saling menjelekkan. Tentu saja hal ini merupakan permasalahan yang serius dalam komunikasi politik aceh.

Farhan Hamid selaku praktisi dalam dunia politik juga menyampaikan statement nya. Menurutnya, kondisi politik Aceh saat ini sebenarnya kondusif aman, permasalahan yang terjadi selama ini tidak terlalu berpengaruh bagi masyarakat.

Dilihat dari sisi apapun prospek untuk tidak meneruskan perdamaian di Aceh tidak akan mendapatkan tempat di hati semua kalangan baik itu masyarakat Aceh, masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat internasional sekalipun. Orang-orang yang ingin mengganggu perdamaian Aceh akan menjadi musuh bersama Rakyat Aceh.

Ia juga menambahkan bahwa setiap pasangan calon gubernur Aceh kali ini memiliki cara komunikasi politik yang berbeda, mereka juga memiliki kelebihan yang berbeda juga. Namun tentu saja rakyat harus mampu menilai para calon melalui komunikasi politiknya.

 Berdasarkan kutipan pernyataan DR. Ahmad Farhan Hamid (Wakil Ketua MPR RI), Fajran Zain (Pengamat Politik Aceh), dan Basri Efendi, SH (Toko Pemuda Aceh) didalam seminar tersebut apakah kita sebagai masyarakat Aceh khususnya Bireuen misa mengkaji, mengnilai, menyadari, apa yang telah terjadi dalam palaksanaan Pemilukada baru saja kita lewati. Sudah sepatutnya kita melawan hal-hal yang namanya Politik Aceh masih labil, supaya pada pemilihan kepala daerah (Bupati/ Wakil Bupati ) Kab. Bireuen tidak lagi terjadi pembakaran mobil, pemukulan dan bahkan pelemparan dan pengeroyokan tim sukses calon kepala daerah. Dan harapan kita semua masyarakat Bireuen nantinya benar-benar pemimpin yang mendengar aspirasi rakyat Bireuen. Amiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiin.

No comments:

klik link ini